Rabu, 30 November 2011

PANADIUM


Sejarah
Paladium dinamakan setelah asteroid Pallas ditemukan pada waktu yang sama. Pallas adalah dewi kearifan Yunani.
Sumber
Ditemukan pada tahun 1803 oleh Wollaston, paladium ditemukan dengan logam grup platina lainnya (platina dan rodium) di Rusia, Amerika Selatan, Etiopia, dan Australia. Paladium juga ditemukan bergabung dengan deposit nikel-tembaga di Afrika Selatan dan Ontario. Pemisahan paladium dari logam grup platina  lainnya tergantung pada jenis bijih yag ditemukan.
Sifat-sifat
Unsur ini adalah logam putih  seperti baja, tidak mudah kusam di udara, dengan kerapatan dan titik cair paling rendah di antara logam grup platina. Ketika ditempelkan, paladium bersifat lunak dan bisa ditempa; suhu rendah meningkatkan kekuatan dan kekerasannya. Paladium dilarutkan dengan asam nitrat dan asam sulfat.
Pada suhu kamar, logam ini memiliki sifat penyerapan yang tidak lazim hingga 900 kali lipat dari volume hidrogen, sehingga memungkinkan membentuk Pd2H. Meski demikian, masih belum jelas apakah Pd2h ini bersifat sebagai senyawa. Hidrogen berdifusi melewati paladium yang dipanaskan, menghasilkan prinsip pemurnian gas hidrogen.
Kegunaan
Paladium yang sangat halus adalah katalis yang baik dan digunakan untuk proses hidrogenasi dan dehidrogenasi. Juga digunakan dalam campuran alloy untuk perhiasan yang diperdagangkan.
Emas putih adalah alloy emas yang diawawarnakan dengan penambahan paladium. Seperti emas, paladium dapat dibentuk menjadi lembaran setipis 1/250000 inch. Logam ini digunakan dalam dunia kedokteran gigi, pembuatan jam, pembuatan alat-alat bedah, dan kontak listrik

  • Simbol: Pd
  • Radius Atom: 1.37 Å
  • Volume Atom: 8.9 cm3/mol
  • Massa Atom: 106.42
  • Titik Didih: 3240 K
  • Radius Kovalensi: 1.28 Å
  • Struktur Kristal: fcc
  • Massa Jenis: 12 g/cm3
  • Konduktivitas Listrik: 10 x 106 ohm-1cm-1
  • Elektronegativitas: 2.2
  • Konfigurasi Elektron: [Kr]4d10
  • Formasi Entalpi: 16.74 kJ/mol
  • Konduktivitas Panas: 71.8 Wm-1K-1
  • Potensial Ionisasi: 8.34 V
  • Titik Lebur: 1825 K
  • Bilangan Oksidasi: 2,4
  • Kapasitas Panas: 0.244 Jg-1K-1
  • Entalpi Penguapan: 393.3 kJ/mol

STOIKIOMETRI


I. Tujuan dan Prinsip Percobaan
A. Tujuan Praktikum

Tujuan percobaan kali ini adalah mempelajari stoikiometri reaksi antara logam tembaga dengan larutan besi (III) dengan meramalkan komposisi Ion tembaga yang dihasilkan.

B. Prinsip Percobaan

Prinsip percobaan kali ini adalah mempelajari stoikiometri reaksi antara logam tembaga dengan larutan besi (III) dengan meramalkan komposisi Ion tembaga yang dihasilkan berdasarkan harga perbandingan jumlah mol antara ion Fe3+ yang bereaksi dengan logam tembaga yang terpakai.

II. Teori

Hemoglobin memiliki struktur besi heme dan empat satuan porfirin yang berkombinasi dengan protein globin. Dioksigen yang ditransport dalam darah dikoordinasikan pada ion Fe(II) dalam satuan heme tersebut. Ion Fe (II) dalam keadaan penta-koordinat dengan empat atom nitrogen porfirin dan atom nitrogen histidin polipeptida, dan menjadi heksa-koordinat ketika dioksigen berkoordinasi dengan ion tersebut. Keadaan spin besi akan berubah dari spin tinggi ke rendah dengan berkoordinasinya oksigen. Fe(II) spin tinggi akan ada di atas bidang porfirin karena ion ini terlalu besar untuk dapat masuk ke dalam ruang yang tersedia. Ketika ion Fe(II) menjadi spin rendah dengan koordinasi oksigen, ukuran ini akan menurun dan kini dapat masuk dalam ruang cincin porfirin.Pergerakan tingkat molekular ini telah menarik minat riset efek alosterik karena pergerakan ini akan mempengaruhi keseluruhan protein melalui histidin yang terkoordinasi dan menentukan ikatan tertentu dalam molekul dioksigen. Oksidasi ion Fe(II) dalam molekul heme dicegah oleh protein, dan hila besi heme diambil dari protein, ion Fe(II) akan dioksidasi menjadi Fe(III), dan dua cincin porfirin dijembatani oleh peroksida μ-O2- 2, yang akhirnya menjadi struktur μ-O2 (Sato, 1996)

Unsur besi (Fe) dalam suatu sistem Periodik Unsur (SPU) termasuk ke dalam golongan VIII. Besi dapat dibuat dari biji besi dalam tungku pemanas. Biji besi biasanya mengandung Fe2O3 yang dikotori oleh pasir (SiO2) sekitar 10%, serta sedikit senyawa sulfur, fosfor, aluminium, dan mangan. Besi dapat pula dimagnetkanEndapan pasir besi, dapat memiliki mineral-mineral magnetik seperti magnetik (Fe3O4), hematit (α- Fe2O3), dan maghemit (γ- Fe2O3). Mineral-mineral tersebut mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai bahan industri. Magnetit, misalnya, dapat digunakan sebagai bahan dasar untuk tinta kering (toner) pada mesin photo-copy dan printer laser, sementara maghemit adalah bahan utama untuk pita-kaset Ion besi (II) dapat mudah dioksidasikan menjadi Fe (III), maka merupakan zat pereduksi yang kuat. Semakin kurang asam larutan itu, semakin nyatalah efek ini; dalam suasana netral atau basa bahkan oksigen dari atmosfer akan mengoksidasikan ion besi (II). Garam-garam besi (III) atau feri diturunkan dari oksida besi (III), Fe2O3. Mereka lebih stabil daripada garam besi (II). Dalam larutannya, terdapat kation-kation Fe3+ yang berwarna kuning muda; jika larutan mengandung klorida, warna menjadi semakin kuat. Zat-zat pereduksi mengubah ion besi (III) menjadi besi (II). Ion ferro [Fe(H2O)6]2+ memberikan garam berkristal Besi yang sangat halus bersifat pirofor. Logamnya mudah larut dalam asam mineral. Dengan asam bukan pengoksidasi tanpa udara, diperoleh FeII. Dengan adanya udara atau bila digunakan HNO3 encer panas, sejumlah besi menjadi Fe (III). Asam klorida encer atau pekat dan asam sulfat encer melarutkan besi, pada mana dihasilkan garam-garam besi (II) dan gas hydrogen. Besi murni cukup reaktif. Dalam udara lembap cepat teroksidasi memberikan besi (III) oksida hidrat (karat) yang tidak sanggup melindungi, karena zat ini hancur dan membiarkan permukaan logam yang baru terbuka (www.google.com/garam-mohr-nh426h2o.html)

Dalam proses reaksinya, terjadi perubahan warna pada larutan logam. Perubahan warna tersebut dimungkinkan berasal dari proses kompleksasi Cu(II) dari fasa cair dengan etilendiamin yang berada pada fasa padatan membran. Warna yang dihasilkan mendekati warna kompleks Cu(II)-etilendiamin 1:1. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa sistem larutan tersebut mengandung campuran kompleks Cu(II)-etilendiamin 1:1 dengan ion Cu(II) bebas. Hal ini ditunjukkan oleh adanya pergeseran puncak absorbsi dari masing-masing larutan tersebut (gambar 9-11). Berdasarkan hasil tersebut, selain pergeseran panjang gelombang juga terjadi kenaikan intensitas absorbansi pada larutan hasil reaksi. Kenaikan tersebut muncul akibat adanya spesies kompleks Cu(en)2+ didalam larutan yang terbentuk pada saat proses reaksi antara Cu (II) dengan membran nata-en. Adanya campuran ion Cu(II) bebas dan kompleks Cu(en)2+ dalam fasa larutan berkaitan dengan proses pelepasan etilendiamin ke sistem larutan serta berhubungan dengan proses kesempurnaan reaksi antara Cu(II) dengan etilendiamin. Dalam hal ini, reaksi tersebut berlangsung pada kondisi dimana jumlah molekul Cu(II) jauh lebih banyak dibandingkan jumlah molekul etilendiamin. Dapat dinyatakan bahwa Cu(II) merupakan pereaksi pembatas dalam proses reaksi tersebut (Kuswandi, 2008)

Stoikiometri merupakan salah satu cabang ilmu kimia yang mempelajari berbagai aspek yang menyangkut kesetaraan massa antar zat yang etrlibat dalam reaksi kimia, baik dalam skala molekular maupun skala eksperimental. Pengetahuan tentang kesetaraan massa zat antara zat yang bereaksi merupakan dasar penyelesaian hitungan yang melibatkan reaksi kimia. Konsep mol diperlukan untuk mengkonversi kesetaraan massa antar zat dari skala molekular ke dalam skala eksperimental dalam laboratorium (Arifin, 2010)

Pada dasarnya, stikiometri reaksi dalam larutan sama dengan stoikiometri pada umumnya, yaitu bahwa perbandingan mol zat-zat yang terlibat dalam reaksi sama dengan koefisien reaksinya. Hitungan stoikiometri reaksi dapat digolongkan sebagai stoikiometri sederhana, stoikiometri dengan pereaksi pembatas, dan stoikiometri yang melibatkan campuran.Hitungan stoikiometri dengan salah satu zat dalam reaksi diketahui atau dapat ditentukan jumlah molnya, digolongkan sebagai stoikiometri sederhana.
Penyelesaiannya dilakukan menurut langkah-langkah sebagai berikut :

(1) Menuliskan persamaan setara.
(2) Menentukan jumlah mol zat yang diketahui (yang dapat ditentukan
jumlah molnya)
Garam 1 + Asam 1 Garam2 +Asam2
Garam 1 + Basa 1 Garam 2 +Basa 2
Garam 1 + Garam 2 Garam3 + Garam 4
(3) Menentukan jumlah mol zat yang ditanyakan dengan
menggunakan perbandingan koefisien.
(4) Menyesuaikan jawaban dengan hal yang ditanyakan.

Hitungan Stoikiometrri dengan Pereaksi Pembatas Jika zat-zat yang direaksikan tidak ekivalen, maka salah satu dari zat itu akan habis lebih dahulu yang disebut pereaksi pembatas. Banyaknya hasil reaksi akan bergantung pada jumlah mol pereaksi pembatas. Oleh karena itu, langkah penting dalam menyelesaikan hitungan seperti ini adalah menentukan pereaksi pembatas. Hitungan Stoikiometri yang Melibatkan Campuran
Jika suatu campuran direaksikan, maka masing-masing komponen mempunyai persamaan reaksi sendiri. Pada umumnya hitungan yang melibatkan campuran diselesaikan dengan pemisalan. Langkah-langkah yang dapat ditempuh adalah sebagai berikut :

(1) Menuliskan persamaan setara.
(2) Memisalkan salah satu komponen dengan x, maka komponen
lainnya sama dengan selisihnya.
(3) Menentukan jumlah mol masing-masing komponen.
(4) Menentukan jumlah mol zat lain yang diketahui.
(5) Membuat persamaan untuk menentukan nilai x.
(6) Menyesuaikan jawaban dengan pertanyaan.( Khofifatunnikmah,2007)

kuasa cupric Yang yang mengoksidasi ( Cu2þ) garam adalah juga digunakan untuk mengkonversi mercaptans secara langsung ke dalam disulfides; bebaskan belerang tidaklah dipekerjakan, dan polysulfides tidaklah diperoleh. Proses mempekerjakan kupri-khlorid di hadapan solusi garam kuat, yang (mana) biasanya disusun oleh penghancuran tembaga sulfate di (dalam) suatu larutan mengandung air klorid sodium



Kupro-Khlorid [itu] ( Cucl) adalah dapat larut di (dalam) solusi garam, dan di sana adalah tidak (ada) hujan/timbulnya. Di bawah kondisi-kondisi operasi, suatu jumlah tertentu tembaga ditahan oleh minyak tanah yang dipermanis pecahan, [yang] mungkin [sebagai/ketika] cuprous mercaptides atau chloride-olefin penambahan produk cuprous, tetapi ini dapat dipindahkan dengan cucian material dengan sulfida sodium mengandung air. Udara memukul/ bertiup kupro-khlorid solusi, setelah atau sepanjang penggulaan; pemanis operasi, memperbaharui cupric klorid. tembaga khlorida [CuCI] Solusi mungkin (adalah) dipekerjakan sedemikian, atau pecahan yang asam mungkin yang disaring melalui suatu massa menyerap dipenuhi dengan agen yang yang [perlakukan/ traktir] [itu]. [Yang] sebagai alternatif, bensin mungkin (adalah) bergaul dengan suatu pengangkut padat untuk bahan reaksi,membubarkan sebagai slurry (Speight, 2006)

III. Metode Praktikum
A. Alat dan bahan yang digunakan
Alat alat yang digunakan pada praktikum ini adalah
a) 1 buah gelas beker 250 ml
b) 1 buah gelas arloji untuk tutup
c) 1 buah botol timbangan 10 ml
d) 1 buah labu ukur 100 ml
e) 1 buah pipet gondok 25 ml
f) 1 buah buret 50 ml
g) 3 buah erlenmeyer 100 ml
h) pemanas
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah
a) Serbuk tembaga 0,63 gram
b) Larutan Fe(NH4)(SO4)
c) H2SO4
d) Asam oksalat





IV. Hasil Pengamatan
A. Reaksi Lengkap
Reaksi yang terjadi dalam praktikum ini yaitu:

1. Saat standarisasi Larutan KMnO4


2. Reaksi antara Fe(III) dengan KMnO4


. Perhitungan
1. Standarisasi KMnO4
Berat (COOH)2.2H2O = 0,63 gram
BM (COOH)2.2H2O = 126 gram/mol
Mol (COOH)2.2H2O = 0,005 mol = 5 x 10-3 mol
Volume (COOH)2.2H2O = 5 mL = 5 x 10-3 L
Konsentrasi (COOH)2.2H2O = 1 M
Volume KMnO4 =1,8 mL = 1,8 x 10-3 L
[KMnO4 ]baku = 0,4
Pers. Reaksi:

5 mol C2O42- ≈ 2 mol MnO4-


Mol KMnO4- =
= x 0,005 mol = 2 x 10-3 mol

2. Stoikiometri reaksi logam Cu dengan garam Fe (III)
Berat gelas Piala kecil = 34,38 gram
Berat gelas piala + serbuk Cu = 34,58 gram
Berat serbuk Cu = 0,2 gram
Volume Fe (III) 0,2 M = 30 ml
Volume H2SO4 = 15 ml
Hasil Titrasi :
Volume Fe (III) 0,2 M = 25 ml
Volume KMnO4 = 1 ml
[ Fe (II) ] = 0,08 M
Perbandingan mol (r) = 0.6
Reaksi yang dominan = Cu + Fe3+ Fe2+ + Cu+
[Cu+]/[Cu2+] = 0,5
Pers. Reaksi:

Mol KMnO4 = Volume KMnO4 x [KMnO4]baku
= (0,001 L) . 0,4 M
= 0,0004 mol
Mol Fe3+ = 5 x mol MnO4-
= 5 . (0,0004 mol)
= 0,002 mol
Mol Cu =
Perbandingan jumlah mol (r):
r = =

[ Fe2+] = 0,002 mol/0,025 L = 0,08 M



C. Pembahasan
Dalam suatu pereaksian kimia seperti yang dilakukan pada percobaan ini, pengetahuan mengenai kesetaraan massa antar zat yang bereaksi merupakan dasar penyelesaian hitungan yang melibatkan reaksi kimia. Konsep mol diperlukan untuk mengkonversikan kesetaraan massa antara zat dari skala molekuler ke dalam skala eksperimental dalam laboratorium. Dalam percobaan ini ditentukan perbandingan konsentrasi Cu+ dengan Cu2+ melaui stoikiometri reaksi logam Cu dengan garam dari besi (III). Tembaga yang dilarutkan dengan H2SO4 akan membentuk dua kemungkinan reaksi yakni mengion menjadi tembaga monovalen Cu+ dan mengion menjadi tembaga bivalen Cu2+ . sedangkan besi (III) dari garamnya, akan mengion dan menjadi besi (II). Reaksi yang terjadi adalah reaksi reduksi-oksidasi, yaitu:

Cu  Cu+ + e- = -0,52 volt
Fe3+ + e  Fe2+ = 0,77 volt
Cu+Fe3+  Cu+ + Fe2+ = 0,25 volt (reaksi I)
Cu  Cu2+ + 2 e- = -0,34 volt
2Fe3+ + 2 e  2Fe2+ = 0,77 volt
Cu + 2Fe3+  Cu+ + 2Fe2+ sel = 0,43 volt(reaksi II)

Untuk menentukan komposisi ion tembaga yang dihasilkan maka setelah tembaga Cu direaksikan dengan larutan garam besi(III), larutan tembaga yang dihasilkan diencerkan dan dipipet beberapa mL untuk dilakukan titrasi dengan menggunakan larutan KMnO4, dan larutan KMnO4 ini distandarisasi terlebih dahulu sehingga diketahui konsentrasinya dengan pasti sebab larutan KMnO4 mudah teroksidasi oleh udara dan mengalami degradasi sehingga jika disimpan dalam waktu yang lama maka konsentrasinya akan berkurang . Titrasi ini dilakukan untuk menentukan mol Cu awal dan mol Fe2+ hasil, sehingga dengan mengetahui mol Cu awal dan Fe2+ hasil dapat ditentukan nilai perbandingannya. Mol Cu awal dan mol Fe2+ yang dihasilkan dapat dihitung melalui reaksinya secara stoikiometri atau kesetaraannya dengan KMnO4 yang direaksikan melalui titrasi. Mol Fe2+ dapat diketahui jika volume KMnO4 yang digunakan diketahui dengan pasti. Cara perhitungannya adalah :
mol Fe2+ hasil =
mol Fe2+ yang didapatkan yakni 0,08 M dimana 5/1 merupakan perbandingan koefisien mol Fe2+ dengan mol KMnO4, yang diperoleh dari reaksi :
MnO4- + 8H+ + 5e-  Mn2+ + 4H2O
5Fe2+  5Fe3+ + 5e-
MnO4- + 8H+ + 5e-  Mn2+ + 4H2O + 5Fe3+ (Reaksi III)

Dengan mengetahui nilai rasio ini maka kita dapat mengetahui kemungkinan reaksi yang terjadi dari dua kemungkinan reaksi yang terjadi, selain itu nilai rasio ini menunjukkan nilai perbandingan [Cu+/Cu2+]Nilai rasio yang didapatkan yakni 0,6.. Rasio ini merupakan perbandingan mol Fe2+ yang bereaksi dengan mol logam tembaga awal. Nilai rasio berkisar antara 1 sampai 2. Apabila nilai rasio = 1 maka reaksi yang terjadi hanya reaksi (1), dan jika nilai rasio = 2 maka reaksi yang terjadi hanya reaksi 2. Reaksi yang dimaksudkan adalah Cu + Fe3+  Fe2+ + Cu+ (reaksi 1) dan Cu + 2Fe3+  Fe2+ + C2+ (Reaksi 2). Perbandingan konsentrasi Cu+ dengan Cu2+ didapatkan yakni 0,5 .

V. Simpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa untuk mencari perbandingan konsentrasi Cu+ dengan Cu2+ dengan menggunakan rumus [Cu+]/[Cu2+] = dimana r = , dimana Nilai r yang didapatkan yakni 0,6 dan Perbandingan [Cu+]/[Cu2+] yang didapatkan yakni 0,5



Daftar Pustaka
Arifin. 2010. Penuntun kimia Anorganik II. Laboratorium Pengembangan Unit Kimia Universitas Haluoleo. Kendari

Khofifatunnikmah,2007. Peningkatan Hasil Belajar Kimia Pokok Bahasan Stoikiometri larutan Pada Siswa Kelas XI Semester II SMA Walisongo Semarang malalui Permainan Kimia Berwawasan CET.Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Semarang

Pisesidharta .E, Zulfikar, Kuswandi B .2008 . Preparasi membran Nata de Coco etilendiammin dan Studi Karakteristik Pengikatnya terhadap Ion Cu 2+.Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jember.

Sato.T. 1996. Anorganik. Iwanami Publishing Company.Tokyo
Speight J.G. 2006.The Chemistry and Technology of Petroleum Fourth Edition. Taylor & Francis Group, LLC.
Syabatini. A. 2009. www.google.com/garam-mohr-nh426h2o.html). [Akses 28 5 2010 ]

SULFUR / BELERANG

Nama: Sulfur Jenis: Non-Logam, Chalcogen Kepadatan @ 293 K: 2,07 g / cm Penemuan Sulfur Sulfur telah dikenal sejak zaman kuno dan disebut dalam Alkitab sebagai belerang. Hal ini dapat ditemukan dalam keadaan unsur di sekitar ventilasi gunung berapi. Nama mungkin telah berasal dari bahasa Arab 'sufra', yang berarti kuning, atau mungkin musuh arti Sansekerta 'shulbari' '(ari) dari tembaga (shulba). (1) Kemungkinan bahasa Sansekerta ini menarik, karena membawa pesan tentang kimia dari masa lalu: belerang sebenarnya mudah bereaksi dengan logam, termasuk tembaga. Sansekerta adalah salah satu bahasa Indo-Eropa tertua. (Menariknya, meskipun keantikannya, Sansekerta adalah bahasa manusia yang paling kompatibel dengan kecerdasan buatan. (2) ) belerang Pembakaran menghasilkan sulfur dioksida, yang membunuh bakteri dan serangga (dan buruk untuk orang-orang juga). Pada satu waktu itu digunakan di New York untuk fumigasi bangunan menyembunyikan penyakit menular. (3) Penggunaan pembakaran sulfur untuk fumigasi mulai beberapa ribu tahun yang lalu. Dalam Homer "The Odyssey, 'yaitu sekitar tahun 2.800 tua, Odiseus berkata," Bawa belerang, perawat tua, yang membersihkan semua polusi, dan membawa aku api, agar aku dapat memurnikan rumah dengan sulfur ... " (4) Dalam tahun 808 teks Cina memberikan kita dengan kemungkinan resep pertama untuk mesiu, sendawa mengandung, sulfur dan karbon. (5) Belerang juga diyakini telah menjadi komponen 'Api Yunani', senjata mirip dengan flamethrower digunakan oleh Kekaisaran Bizantium. (6), (7) Belerang menjadi unsur kimia yang diakui pada tahun 1789, ketika Antoine Lavoisier termasuk dalam daftar terkenal dari elemen. (8) Pada tahun 1823, Eilhard Mitscherlich belerang itu ditemukan allotropy. Dia menunjukkan bahwa bentuk kristal belerang yang diperoleh dari pendinginan perlahan-lahan belerang cair (monoklinik) berbeda dari yang diperoleh dari larutan (belah ketupat). (9) Pada saat ini, konsep allotropy - bentuk struktural yang berbeda dari unsur yang sama - telah belum menjadi bagian resmi dari kimia. Ia tidak sampai 1841 yang Berzelius diperkenalkan istilah untuk menjelaskan bentuk-bentuk sulfur yang monoklinik dan belah ketupat. (10) Dengan sulfur 1800-an, dalam bentuk asam sulfat, telah menjadi cara terbaik untuk menilai kekayaan suatu negara.Hal itu bahkan mulai perang. Berikut ini apa yang Jerman besar kimiawan Justus Liebig harus mengatakan tentang hal itu pada sekitar 1843: "Tidaklah berlebihan untuk mengatakan, kita cukup bisa menilai kemakmuran komersial suatu negara dari jumlah asam sulfat yang dikonsumsinya. [Harga Sulfur yang mempengaruhi harga] kapas dikelantang dan dicetak barang, sabun, gelas, dll, dan mengingat bahwa Inggris memasok Amerika, Spanyol, Portugal, dan Timur, dengan ini, pertukaran mereka untuk baku, sutra anggur katun,, kismis , nila, dll, kita dapat memahami mengapa Pemerintah Inggris harus telah memutuskan untuk menggunakan perang dengan Napoli [pada 1839] dalam rangka untuk menghapuskan monopoli belerang, dimana daya yang terakhir baru-baru ini mencoba untuk mendirikan ". (11)


lebih Lanjut Read More........

OKSIGEN


Oksigen atau zat asam adalah unsur kimia dalam sistem tabel periodik yang mempunyai lambang O dan nomor atom 8. Ia merupakan unsur golongan kalkogen dan dapat dengan mudah bereaksi dengan hampir semua unsur lainnya (utamanya menjadi oksida). Pada Temperatur dan tekanan standar, dua atom unsur ini berikatan menjadi dioksigen, yaitu senyawa gas diatomik dengan rumus O2 yang tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau. Oksigen merupakan unsur paling melimpah ketiga di alam semesta berdasarkan massa[1] dan unsur paling melimpah di kerak Bumi.[2] Gas oksigen diatomik mengisi 20,9% volume atmosfer bumi..[3]
Semua kelompok molekul struktural yang terdapat pada organisme hidup, seperti proteinkarbohidrat, dan lemak, mengandung oksigen. Demikian pula senyawa anorganik yang terdapat pada cangkang, gigi, dan tulang hewan. Oksigen dalam bentuk O2 dihasilkan dari air oleh sianobakteri,ganggang, dan tumbuhan selama fotosintesis, dan digunakan pada respirasi sel oleh hampir semua makhluk hidup. Oksigen beracun bagi organismeanaerob, yang merupakan bentuk kehidupan paling dominan pada masa-masa awal evolusi kehidupan. O2 kemudian mulai berakumulasi pada atomsfer sekitar 2,5 miliar tahun yang lalu.[4] Terdapat pula alotrop oksigen lainnya, yaitu ozon (O3). Lapisan ozon pada atomsfer membantu melindungi biosfer dari radiasi ultraviolet, namun pada permukaan bumi ia adalah polutan yang merupakan produk samping dari asbut.
Oksigen secara terpisah ditemukan oleh Carl Wilhelm Scheele di Uppsala pada tahun 1773 dan Joseph Priestley di Wiltshire pada tahun 1774. Temuan Priestley lebih terkenal oleh karena publikasinya merupakan yang pertama kali dicetak. Istilah oxygen diciptakan oleh Antoine Lavoisier pada tahun 1777,[5] yang eksperimennya dengan oksigen berhasil meruntuhkan teori flogiston pembakaran dan korosi yang terkenal. Oksigen secara industri dihasilkan dengan distilasi bertingkat udara cair, dengan munggunakan zeolit untuk memisahkan karbon dioksida dan nitrogen dari udara, ataupun elektrolisis air, dll. Oksigen digunakan dalam produksi baja, plastik, dan tekstil, ia juga digunakan sebagai propelan roket, untuk terapi oksigen, dan sebagai penyokong kehidupan pada pesawat terbangkapal selampenerbangan luar angkasa, dan penyelaman.
Lebih lanjut Read More.........

Selasa, 22 November 2011

ISOLASI ENZIM BROMELAIN


ISOLASI ENZIM BROMELAIN

I.          TUJUAN
Untuk mengisolasi enzim Bromelain dari buah nenas.

II.            DASAR TEORI
Nenas yang dalam nama latinnya Ananas comosus merupakan salah satu tanaman daerah panas yang dapat tumbuh tinggi (± 1000 m diatas permukaan laut). Pada bulir nenas terdapat zat atau senyawa seperti air, gula, asam, vitamin, asam amino dan berbagai jenis aroma. Senyawa khas yang terkandung dalam buah nenas adalah enzim Bromelain. Enzim Bromelain dipergunakan dalam industri makanan, minuman, farmasi dan obat-obatan.
Penelitian enzim Bromelain telah dilakukan oleh Peckolt (1870), Chittenden (1892) dan Caldwell(1905). Penelitian yang dilakukan oleh pakar tersebut meliputi cara-cara isolasi enzim bromelain dari sari buah nanas. Penelitian untuk memproduksi enzim bromelain untuk skala industri dilakukan oleh Balls dan kawan-kawan pada tahun 1942. kemudian dilanjutkan oleh Heniche R.M dan Gortner W.A. pada tahun 1957, yaitu mengisolasi enzim bromelain dari sari batang nenas. Ota.s. dan kawan-kawan pada tahun 1964 melakukan penelitian tentang berat molekul dan komposisi asam amino dari enzim bromelain. Mereka melaporkan bahwa berat molekul dari enzim bromelain adalah 33.000, dan melaporkan  bahwa adanya perbedaan komposisi asam amino dari enzim bromelain berasal dari batang nenas dengan enzim bromelain yang ada dari buah nenas.
Bromelain adalah suatu protease sulfihidril (-SH) yang sudah menjadi tidak aktif, disebabkan karena terbentuknya ikatan disulfida antara enzim-enzim. Secara relatif hal ini dapat diatasi dengan penambahan senyawa pereduksi seperti sistein, markaptoetanol, glukation, dan vitamin C. selain dengan cara penambahan senyawa pereduksi juga dapat distabilkan dengan cara amobilisasi enzim.
Aktivitas enzim bromelain dipengaruhi oleh beberapa inhibitornya seperti diisopropilfosfofluoridat(DIPF), yang dilaporkan oleh Murachi T dan Yasui.M pada tahun 1965 dapat menghambat aktivitas katalitik dari enzim bromelain. Disamping itu Husain S dan Lowe G juga meneliti bagian aktif dari enzim bromelain, secara sederhana digambarkannya deretan asam amino pada pusat aktif dari enzim bromelain sebagai berikut:
Cys – Gly – Ala – Cys* - Trp
Dalam hal ini Cys* merupakan bagian aktif dari bromelain.
Isolasi enzim bromelain dari nenas biasanya menggunakan dua cara yaitu:
1.      Isolasi Enzim Bromelain  dengan Menggunakan Aseton
Langkah kerja isolasi enzim bromelain dengan menggunakan aseton secara sederhana adalah sebagai berikut:
-          Menyiapkan dan membersihkan nenas (batang, buah) dan memotongnya menjadi bagian yang kecil.
-          Memblender bagian tersebut  dengan menambahkan es batu (kalau ada) agar enzim tidak rusak
-          Memisahkan filtrat dari ampas dengan penyaringan.
-          Mendinginkan filtrat selama 3 jam
-          Larutan ditambahkan aseton dingin dengan kadar 30%, 50% dan 70 %.
-          Di endapkan dengan menggunakan sentrifuge selama 15 atau 30 menit
-          Memisahkan endapan yang terbentuk. Filtrat ditambahkan ammonium sulfat dengan kadar 40% dan disentrifuge sehingga di dapat endapan kedua. Kemudian filtrat ditambahkan ammonium sulfat dengan kadar 60% dan kemudian di sentrifuge
-          Endapan kemudian di uji kadar proteinnya. Penentuan kadar protein enzim dari endapan yang terbentuk dengan spektrofotometer dengan  panjang gelombang tertentu.

2.      Isolasi Enzim Bromelain  dengan Menggunakan Ammonium Sulfat
Isolasi dengan menggunakan ammonium sulfat secara sederhana adalah sebagai berikut:
-          Menyiapkan dan membersihkan nenas
-          Memotong nenas  dan menambahkan buffer posfat dengn  pH 7 kemudian di blender.
-          Menyaring dan mengambil filtrat dan mendinginkannya selama 15 menit
-          Menambahkan ammonium sulfat dengan kadar 20% kemudian didinginkan selama 15 menit
-          Larutan disentrifuge selama 15 menit dengan kecepatan 3500 rpm dan suhu 0 0C.
-          Memisahkan endapan yang terbentuk. Filtrat ditambahkan ammonium sulfat dengan kadar 40% dan disentrifuge sehingga di dapat endapan kedua. Kemudian filtrat ditambahkan ammonium sulfat dengan kadar 60% dan kemudian di sentrifuge
-          Endapan kemudian di uji kadar proteinnya

III.          ALAT DAN BAHAN
a. Alat

No
Nama Alat
ukuran/Jumlah
1
Blender
 1 buah
2
Setrifuge
 1 buah
3
Serbet
 1 buah
4
Gelas kimia
250 mL / 1 buah
5
Gelas Kimia
500 mL / 2 buah
6
Pisau
 1 buah
7
Neraca analitik
1 buah
8
Gelas ukur
50mL/1 buah
9
Botol semprot aquades
1 buah
10
Pipet tetes
2 buah
11
Batang pengaduk
1 buah



   b. Bahan

No
Nama Bahan
Ukuran/Jumlah
1
Nenas yang telah dikupas
 250 gram
2
Aseton
30%v/v / 21 mL
3
Aquadest
100 mL

 





IV.     PROSEDUR KERJA
1.      Membersihkan buah nenas dan memotongnya kecil-kecil
2.      Menimbang buah nenas yang telah diiris sebanyak 250 gram
3.      Memblender buah nenas sampai halus dengan menambahkan aquadest 100 mL.
4.      Setelah nenas diblender, kemudian disaring dengan menggunakan serbet, dan mengambil filtratnya ke dalam gelas kimia.
5.      Mendiamkan filtrat di dalam gelas kimia selama 15 menit, agar sisa serat-serat/ampas nenas mengendap.
6.      Menambahkan aseton dingin sedikit demi sedikit pada filtrat sambil diaduk, sehingga kadar aseton 30%v/v.
7.      Mengambil filtrat yang telah ditambahkan aseton ke dalam 2 labu untuk disentrifuge, masing-masing sebanyak 13 mL.
8.      Dengan menggunakan sentrifuge memisahkan endapan dari filtrat pada 4500 rpm ± 15 menit.
9.    Mengumpulkan endapan dan menimbang endapan (fraksi I), sedangkan filtratnya ditampung.

V.       HASIL PENGAMATAN
No
Perlakuan
Hasil Pengamatan
massa tabung
massa tabung + endapan
massa endapan
1
Buah nenas 250 mL + 100 mL aquades, diblender, kemudian disaring. Mengambil filtratnya setelah didiamkan 15 menit, kemudian menambahkan aseton dingin 30%v/v (21 mL), memasukkan 13 mL filtrat ke dalam tabung sentrifuge
tabung 1 = 11,70 g


tabung 2 = 11,66 g
tbg 1 = 12,31 g


tbg 2 = 12,30 g
12,31 – 11,70 = 0,61 g

12,30 – 11,66 = 0,64 g


VI.         PEMBAHASAN

Salah satu teknik isolasi enzim bromelain adalah dengan menggunakan aseton. Proses yang dilakukan  dalam percobaan ini adalah :

a.    Pembersihan dan penghalusan nenas

Enzim banyak terdapat pada buah dan batang nenas, dalam percobaan kali ini yang digunakan adalah buah nenas yang sudah masak, enzim bromelain yang akan diambil yaitu dari isolasi filtrat buah nenas, oleh karena itulah buah nenasnya dihaluskan terlebih dahulu sampai lembut dengan blender. Pada proses ini digunakan aquades sebanyak 100 mL, penambahan air pada proses ini, harus diusahakan seminimal mungkin, karena bila terlalu banyak akan mempengaruhi jumlah enzim yang diperoleh.

b.    Penyaringan dan penambahan aseton (fraksinasi)

Penyaringan dimaksud untuk memisahkan ampas dan filtrat. Filtrat ini lah yang digunakan untuk proses isolasi enzim, sedangkan ampasnya dibuang. Filtrat dari penyaringan tidak dapat langsung digunakan namun harus didiamkan terlebih dahulu selama 15 menit. Tujuan didiamkan ini yaitu untuk mengendapkan serat-serat nenas yang masih ikut tersaring pada proses penyaringan dengan menggunakan serbet.
Pengambilan fraksi dengan aseton dilakukan secara bertahap, pada praktikum ini hanya digunakan aseton 30%v/v, ke dalam filtrat sari buah nenas ditambahkan sedikit demi sedikit secara teratur sambil diaduk perlahan-lahan sampai kadar aseton akhirnya mencapai 30% v/v, jumlah aseton yang diambil adalah 21 mL (70 mL x 30%), dilakukannya pengadukan agar semua aseton yang dimasukkan tercampur dengan filtrat. Pada proses ini digunakan aseton dingin, dimana gelas kimia yang berisi aseton direndam/diletakkan dalam gelas kimia yang berisi es batu, digunakannya aseton dingin yaitu agar enzim yang ada dalam filtrat buah nenas tadi tetap aktif, karena enzim akan rusak bila pada suhu yang tinggi.

c.    Pemisahan endapan dari filtrat

Setelah penambahan aseton, maka filtrat diambil masing-masing sebanyak 13 ml yang dimasukkan ke dalam 2 tabung sentrifuge,kemudian disentrifuge menggunakan alat sentrifuge pada putaran 4500 rpm selama 15 menit. Pada proses ini juga digunakan aquades yang diisi ke dalam 2 tabung sentrifuge masing-masing 13 mL, sama dengan volume filtratnya, dimana filtrat dan aquades sama-sama dimasukkan ke dalam alat sentrifuge. Hal ini bertujuan sebagai penyeimbang di dalam sentrifuge, agar perputarannya sama rata

Proses isolasi berhasil bila ada endapan setelah filtrat disentrifuge. Endapan inilah yang disebut bagian enzim bromelain sedang filtrat ditampung untuk selanjutnya difraksinasi dengan aseton dengan kadar lebih banyak bila proses isolasi dilanjutkan.

Setelah disentrifuge, dan kemudian endapan yang dihasilkan ditimbang untuk diketahui massa enzim yang didapat. Massa endapannya:

pada tabung pertama yaitu 0,61 g

pada tabung ke dua yaitu 0,64 g.

massa keseluruhan yaitu (0,61 g + 0,64 g) = 1,25 gram.

Jadi dapat dikatakan bahwa berat enzim bromelain yang di dapat pada filtrat buah nenas (untuk fraksi yang I) adalah sebesar 1,25 gram.


VII.       KESIMPULAN
Dari percobaan yang sudah dilakukan dan berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa :
Dalam nenas terkandung enzim bromelain yang diperoleh dari fraksi I (30%v/v) pada tabung I sebesar 0,61 g dan pada tabung II sebesar 0,64 g, jumlah seluruhnya yaitu 1,25 g dan diperoleh melalui cara isolasi dengan aseton.

VIII.           SARAN
Terima kasih kepada asisten yang telah membantu dan membimbing kami selama praktikum.

IX.                LAMPIRAN
Foto copy laporan sementara.



DAFTAR PUSTAKA

Ciptadi, Dr. 2003. “Penuntun Praktikum Biokimia”. Palangkaraya : UNPAR

Ciptadi. 2003. Teknik Isolasi Enzim Bromelain. Makalah untuk Lokakarya Berbasis lingkungan Program Studi Pendidikan Kimia tahun 2003
Dorothy E Schumm. 1992. Alih Bahasa: Sadikin Mochtar. Intisari Biokimia. Jakarta: Binarupa Aksara.         
Poedjiadi, Anna. 1994. “Dasar-Dasar Biokimia”. Jakarta : UI-Press.  

Vogel. 1990. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta:  Kalman Media Pusaka